Unsur
Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik
A. Pengertian Unsur Intrinsik
Menurut Ismayati (2014:31), Unsur intrinsik adalah
unsur pembangun dalam prosa, yang terdiri dari struktur dalam sastra. Sedangkan
Menurut Isdriyani (2009:6), Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang ada di
dalam karya itu sendiri, misalya tema, penokohan, alur, latar, amanat, dan
sudut pandang penceritaan (Point of
View). Aspek-aspek tersebut keberadaaannya melekat pada karya sastra,
menjadi bagian yang sangat penting dan mutlak ada.
a. Tema
Menurut Isdriyani (2009:6), Tema adalah gagasan, ide,
atau pikiran utama di dalam karya sastra yang mendasarkannya itu. Dalam karya
sastra, tema senantiasa berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan pola tingkah
laku. Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema suatu cerpen atau
novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik itu berupa
masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya
(Kosasih,2013:233).
Istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakan suatu perangkat. Disebut
demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan
juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang
diciptakannya. Menurut Saad (dalam
Ismayati,2014:32), Tema adalah persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang,
didalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang.
Sedangkan Menurut Holmon (dalam Ismayati, 2014:32),
tema adalah gagasan sentral yang mencakup permasalahannya dalam cerita, yaitu
suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra.
Kemudian Menurut Ismayati (2014:31), Tema adalah suatu yang menjadi pokok
masalah atau persoalan sebagai karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita
oleh pengarang. Tema prosa fiksi
terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan.
Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya memilki tema utama saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Tema adalah ide pokok
permasalahan yang terjadi dalam cerita tersebut.
Untuk dapat menentukan tema suatu cerita Menurut
Ismayati (2014:32), kita dapat menempuh dengan jalan bertanya sebagai berikut :
1. Mengapa penggarang menulis cerita tersebut?
2. Apa tujuan penggarang menulis cerita tersebut?
3. Faktor apa yang menyebabkan atau menjadikan suatu
karangan bermutu dan berharga?
Tema juga terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi
dasar atau dasar gagasan umum karya sastra.
2. Tema minor adalah makna yang terdapat pada
bagian-bagian tertentu cerita dapat
didefinisikan sebagai makna bagian, makna tambahan.
b.
Alur
(Plot)
Menurut
Isdriani, alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan
seksama dan menggerakan jalan cerita melalui rumitan klimaks dan selesaian.
Menurut Kosasih (2013:225), alur merupakan sebagian dari unsure instinstik
suatu karya sastra . alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk
oleh hubungan sebab dan akibat. Sedangkan Menurut Aminuddin (dalam
Ismayati,2014:33) alur atau plot merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan tahapan peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Plot atau alur tidak
hanya mengemukakan apa yang terjadi tetapiyang lebih penting adalah menjelaskan
hal itu terjadi. Sedangkan menurut ismaiyati alur adalah sebuah cerita yang
saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukan suatu maksud jalan cerita yang
ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Alur adalah rangkaian
peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut.
Secara
umum alur terbagi dalam bagian bagian berikut :
1.
Pengenalan
situasi cerita atau exsposition.
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh,
menata adegan dan hubungan antar tokoh.
2.
Pengungkapan
rahasia atau complication.
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang
menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran kesukaran para
tokohnya.
3.
Menuju
pada adanya konflik atau Rising Action
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan,
atau keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh.
4.
Puncak
Konflik atau Turning Point
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Ini lah
bagiancerita yang paling besar dan mendebarkan.
5.
Penyelesaian
atau Ending
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi tentang
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu.
Menurut Tjahyono (dalam Ismayati, 2014:34), Plot atau
alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi lima tahapan yaitu:
tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak dan
tahapan peleraian.
Cara menyusun tahapa-tahapan alur dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu :
1. Alur lurus ( alur maju atau alur agresif), yaitu
rangkaian cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang
kejadian yang telah lampau.
2. Alur sorot balik (alur mundur atau alur regresif atau
Flasback) yaitu kebalikan dari alur balik. Rangkaian ceritanya mengisahkan
kembali tokoh pada waktu lampau
3.
Alur
campuran yaitu gabungan dari alur maju dan alur sorot balik.
Berdasarkan hubungan tahapa-tahapan dalam alurnya
dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Alur rapat yaitu alur yang terbentuk apabila alur
pembantu mendukung alur pokok nya.
2. Alur renggang yaitu sebalik nya alur yang terbentuk
apabila alur pokok tidak di dukung oleh alur pembantu.
Berdasarkan kuantitasnya, maka alur dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Alur tunggal yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah
cerita yang memiliki satu jalan cerita saja biasa nya terjadi pada cerpen.
2. Alur ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita
yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasa nya ada pada novel. (Semi,
1988:35).
c.
Latar
(Setting)
Menurut Kosasih (2013:227), Latar
(Setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Terliput dalam
latar, adalah keadaan tempat, waktu dan budaya. Tempat dan waktu yang dirujuk
dalam sebuah cerita bisa merupakan sesuatu yang faktual atau bisa pula
imajiner.
Sedangkan Menurut Isdriani, Latar adalah
segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang,
dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran
letak geografis (termasuk tokoh grafi, pemandangan, perlengkapan, ruang),
pekerjaan atau kesibukan tokoh waktu berlakunya kejadian dan musim. Menurut
Aminuddin (dalam Ismayati, 2014:40), Latar adalah latar peristiwa dalam karya
fiksi baik berupa tempat waktu maupun peritiwa, serta memiliki fungsi fisikal
dan fungsi psikologis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Latar
adalah segalah keterangan baik mengenai waktu, ruang, suasana dalam cerita
tersebut.
Pembagian latar dapat berupa tempat atau
lokasi, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa didalam cerita.
1. Tempat
: dirumah sakit, daerah wisata, daerah transmigrasi, dikantor, dikamar tidur,
dihalaman, dan sebagainya.
2. Waktu
: tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen, periode sejarah, dan
sebagainya.
3. Suasana
: aman, damai, gawat, bergembira, berduka atau berkabung, kacau, galau dan
sebagainya.
d.
Tokoh
dan Penokohan
Menurut Panuti Sudjiman (dalam Ismayati, 2014:35),
Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam
berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi
dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Panuti juga
menagatakan, Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik
yaitu karya sastra yang harus selalau
menunjang kebutuhan artistik. Sedangkan Menurut Aminuddin (dalam Ismayati,2014:36),
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga
peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, Menurut Sudjiman (dalam
Ismayati,2014:36), berdasarkan fungsi
tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh yang menjadi peran pemimpin adalah tokoh sentral, tokoh utama atau
protagonis. Kemudia menurut Tjahyono (dalam Ismayati, 2014:11), tokoh adalah
para pelaku atau actor/aktris yang akan memperagakan atau memerankan tingkah
laku seseorang dalam suatu cerita drama atau fiksi.
Penokohan menurut Kosasih (2013:228), Cara pengaran
menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Menurut
Ismayati (2014:37), Penokohan atau perwatakan merupakan pelukisan mengenai
tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah,
pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan
sebagainya. Menurut Isdriani (2009:6),
Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Jadi, Tokoh adalah orang yang memerankan dalam cerita
tersebut sedangkan Penokohan adalah watak atau sifat dari orang yang memerankan
tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
Menurut Isdriani (2009:6), Teknik yang digunakan dalam
penggambaran watak tokoh yaitu sebagai berikut :
a. Teknik Analitik (Eksplositori), yaitu pengarang secara
langsung menyebutkan watak tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
b. Teknik Dramatik, yaitu
penyajian watak tokoh melalui pemikiran-pemikiran si tokoh, percakapan
dan pengdeskripsian tingkah laku tokoh yang disajikan oleh pengarang atau
secara tidak langsung. Bahkan dapat pula melalui penampilan fisiknya dan
gambaran lingkungan atau tempat tinggal tokoh.
c. Teknik Kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh
melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
e.
Amanat
Menurut Sudjiman
(dalam Isdriani,2009:7), Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra,
atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
Menurut Kosasih (2013:230), amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang
hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Menurut
Sudjiman (dalam Ismayati,2014:33), amanat yang terdapat dalam karya sastra ada
dua yaitu secara Implisit dan secara Eksplisit. Secara Implisit (Tersirat atau
tersembunyi) yaitu jika jalan keluar atau ujaran moral itu disiratkan dalam
tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Sedangkan secara Eksplisit
(Terang-terangan) yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita
menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya
yang berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu.
Jadi, amanat
adalah pesan moral atau yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya
sastranya.
f.
Sudut
Pandang (Point of View)
Menurut
Kosasih (2013:229), Sudut Pandang (Point
of View) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Menurut Aminuddin
( dalam Ismayati, 2014:40), cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita
yang dipaparkannya. Menurut Gorys Keraf Aminuddin ( dalam Ismayati, 2014:40),
sudut pandang adalah penempatan pengarang dalam sebuah cerita. Kemudian Menurut Isdriani, Sudut Pandang (Point of View) adalah posisi pengarang
dalam membawakan cerita. Jadi, Sudut Pandang (Point of View) adalah Penempatan,posisi atau sudut pandang
pengarang mengenai cerita tersebut.
Posisi pengarang
tersebut terdiri atas dua macam yaitu:
1.
Sudut
Pandang Orang Pertama
Yaitu pengarang
memakai tokoh “aku” sebagai penutur cerita sehingga seolah-olah kisah yang
dituangkan adalah pengalaman hidupnya sendiri.
2.
Sudut
Pandang Orang Ketiga
Tokoh utama
cerita dengan sudut pandang ini adalah dia, ia, atau seseorang dengan nama
tertentu. Disini pengarang bisa bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia bisa
mengemukan perasaannya,kesadaran,dan jalan pikiran pelaku.
g.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa atau
majas disebut juga dengan langgam, corak, bentuk, atau style bahasa yaitu cara
yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya baik
dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara garis besar Menurut
Cahyono (dalam Ismayati,2014:66), menjelaskan gaya bahasa dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu:
1. Gaya
Bahasa Perbandingan, Meliputi Personifikasi, Metafora, Asosiasi, Metonomia,
Simbolik, Tropen, Litotes, Eufemisme, Hiperbola, Sinekdoche, Alusio,
Perifrasis, Antonomasia, Alegori, dan Pararel.
2. Gaya
Bahasa Penegasan, Meliputi Pleonasme, Pararelisme,Repetisi, Tautologi, Simetri,
Klimaks, Anti Klimaks, Asidenton, Polisidenton, Enumerasio, Inversi, Interupsi,
Retoris, Koreksio, Ekslamasio, Elipsi, Pleterito, dan Retisentis.
3. Gaya
Bahasa Sindiran, Meliputi Ironi, Sinisme,dan Sarkasme.
4. Gaya
Bahasa Pertentangan, Meliputi Paradoks, Kontradiksi in Terminis, Antitesis,
Okupasi, dan Anakhronisme.
B. Pengertian
Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak
langsung mempengaruhi system organism karya sastra. Unsur Ekstrinsik berperan
sebagai unsur yang mempengaruhi bangun sebuah cerita. Jaadi Unsur Ekstrinsik
adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri.
a. Latar Belakang
Kehidupan Pengarang
Menyangkut
asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
ideologi pengarang. Unsur-unsur ini sedikit banyak akan berpengaruh pada isi
novelnya. Misalnya, novel yang dikarang orang padang akan berbeda dengan novel
yang dibuat oleh orang sunda, orang inggris, atau orang arab.
b.
Nilai
Sosial Budaya
Nilai
yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
c. Nilai Sosial Masyarakat
Sifat yang suka
memperhatikan kepentingan umum misalnya saja menolong, berderma dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Isdriani,
Pudji. . Seribu Pena (Seri Buku Penuntun dan
Evaluasi) Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Ismayati. 2014. Buku Ajar Kajian
Prosa Fiksi. Palembang: FKIP Universitas Muhammadiyah.
Ismayati. 2014. Buku Ajar Kumpulan Materi dan Soal Kajian Drama. Palembang: FKIP Universitas
Muhammadiyah.
Kosasih, Engkos. 2013. Ketatabahasaan dan Kesusastraan Bahasa
Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Oktarina, Tuti. 2015. Skripsi Aspek Budaya dan Sosial dalam Novel Lukisan
Tanpa Bingkai karya Ugi Agustono J. Palembang: FKIP Universitas PGRI.
Phoenix, Pustaka. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Baru.
Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar