Kamis, 16 Maret 2017

Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik


 Unsur Intrinsik dan Unsur Ekstrinsik

A. Pengertian Unsur Intrinsik
Menurut Ismayati (2014:31), Unsur intrinsik adalah unsur pembangun dalam prosa, yang terdiri dari struktur dalam sastra. Sedangkan Menurut Isdriyani (2009:6), Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang ada di dalam karya itu sendiri, misalya tema, penokohan, alur, latar, amanat, dan sudut pandang penceritaan (Point of View). Aspek-aspek tersebut keberadaaannya melekat pada karya sastra, menjadi bagian yang sangat penting dan mutlak ada.
a.        Tema
Menurut Isdriyani (2009:6), Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama di dalam karya sastra yang mendasarkannya itu. Dalam karya sastra, tema senantiasa berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan pola tingkah laku. Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema suatu cerpen atau novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan, dan sebagainya (Kosasih,2013:233).
Istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti tempat meletakan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.   Menurut Saad (dalam Ismayati,2014:32), Tema adalah persoalan pokok yang menjadi pikiran pengarang, didalamnya terbayang pandangan hidup dan cita-cita pengarang.
Sedangkan Menurut Holmon (dalam Ismayati, 2014:32), tema adalah gagasan sentral yang mencakup permasalahannya dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra. Kemudian Menurut Ismayati (2014:31), Tema adalah suatu yang menjadi pokok masalah atau persoalan sebagai karangan, yang diungkapkan dalam suatu cerita oleh pengarang.  Tema prosa fiksi terutama novel dapat terdiri dari tema utama serta beberapa tema bawahan. Sedangkan untuk cerpen (cerita pendek) hanya memilki tema utama saja.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Tema adalah ide pokok permasalahan yang terjadi dalam cerita tersebut.
Untuk dapat menentukan tema suatu cerita Menurut Ismayati (2014:32), kita dapat menempuh dengan jalan bertanya sebagai berikut :
1.      Mengapa penggarang menulis cerita tersebut?
2.      Apa tujuan penggarang menulis cerita tersebut?
3.      Faktor apa yang menyebabkan atau menjadikan suatu karangan bermutu dan berharga?
Tema juga terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau dasar gagasan umum karya sastra.
2.      Tema minor adalah makna yang terdapat pada bagian-bagian  tertentu cerita dapat didefinisikan sebagai makna bagian, makna tambahan.

b.      Alur (Plot)
      Menurut Isdriani, alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui rumitan klimaks dan selesaian. Menurut Kosasih (2013:225), alur merupakan sebagian dari unsure instinstik suatu karya sastra . alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab dan akibat. Sedangkan Menurut Aminuddin (dalam Ismayati,2014:33) alur atau plot merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan tahapan peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Plot atau alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi tetapiyang lebih penting adalah menjelaskan hal itu terjadi. Sedangkan menurut ismaiyati alur adalah sebuah cerita yang saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukan suatu maksud jalan cerita yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Alur adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam cerita tersebut.
                  Secara umum alur terbagi dalam bagian bagian berikut :
1.      Pengenalan situasi cerita atau exsposition.
Dalam bagian ini, pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan antar tokoh.
2.      Pengungkapan rahasia atau complication.
Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan, ataupun kesukaran kesukaran para tokohnya.
3.      Menuju pada adanya konflik atau Rising Action
Terjadi peningkatan perhatian kegembiraan, kehebohan, atau keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh.
4.      Puncak Konflik atau Turning Point
Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Ini lah bagiancerita yang paling besar dan mendebarkan.
5.      Penyelesaian atau Ending
Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu.
Menurut Tjahyono (dalam Ismayati, 2014:34), Plot atau alur dalam prosa fiksi secara garis besar dibagi menjadi lima tahapan yaitu: tahapan permulaan, tahapan pertikaian, tahapan perumitan, tahapan puncak dan tahapan peleraian.
Cara menyusun tahapa-tahapan alur dapat dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.      Alur lurus ( alur maju atau alur agresif), yaitu rangkaian cerita dikisahkan dari awal hingga cerita berakhir tanpa mengulang kejadian yang telah lampau.
2.      Alur sorot balik (alur mundur atau alur regresif atau Flasback) yaitu kebalikan dari alur balik. Rangkaian ceritanya mengisahkan kembali tokoh pada waktu lampau
3.      Alur campuran yaitu gabungan dari alur maju dan alur sorot balik.
Berdasarkan hubungan tahapa-tahapan dalam alurnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Alur rapat yaitu alur yang terbentuk apabila alur pembantu mendukung alur pokok nya.
2.      Alur renggang yaitu sebalik nya alur yang terbentuk apabila alur pokok tidak di dukung oleh alur pembantu.
Berdasarkan kuantitasnya, maka alur dibedakan menjadi dua yaitu:
1.      Alur tunggal yaitu alur yang hanya terjadi pada sebuah cerita yang memiliki satu jalan cerita saja biasa nya terjadi pada cerpen.
2.      Alur ganda yaitu alur yang terjadi pada sebuah cerita yang memiliki jalan cerita lebih dari satu, biasa nya ada pada novel. (Semi, 1988:35).
     
c.       Latar (Setting)
Menurut Kosasih (2013:227), Latar (Setting) merupakan salah satu unsur intrinsik karya sastra. Terliput dalam latar, adalah keadaan tempat, waktu dan budaya. Tempat dan waktu yang dirujuk dalam sebuah cerita bisa merupakan sesuatu yang faktual atau bisa pula imajiner.
Sedangkan Menurut Isdriani, Latar adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar meliputi penggambaran letak geografis (termasuk tokoh grafi, pemandangan, perlengkapan, ruang), pekerjaan atau kesibukan tokoh waktu berlakunya kejadian dan musim. Menurut Aminuddin (dalam Ismayati, 2014:40), Latar adalah latar peristiwa dalam karya fiksi baik berupa tempat waktu maupun peritiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, Latar adalah segalah keterangan baik mengenai waktu, ruang, suasana dalam cerita tersebut.
Pembagian latar dapat berupa tempat atau lokasi, waktu, dan suasana terjadinya suatu peristiwa didalam cerita.
1.      Tempat : dirumah sakit, daerah wisata, daerah transmigrasi, dikantor, dikamar tidur, dihalaman, dan sebagainya.
2.      Waktu : tahun, musim, masa perang, suatu upacara, masa panen, periode sejarah, dan sebagainya.
3.      Suasana : aman, damai, gawat, bergembira, berduka atau berkabung, kacau, galau dan sebagainya.
d.      Tokoh dan Penokohan
Menurut Panuti Sudjiman (dalam Ismayati, 2014:35), Tokoh merupakan individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Panuti juga menagatakan, Tokoh merupakan bagian atau unsur dari suatu kebutuhan artistik yaitu karya sastra  yang harus selalau menunjang kebutuhan artistik. Sedangkan Menurut Aminuddin (dalam Ismayati,2014:36), Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita, Menurut Sudjiman (dalam Ismayati,2014:36),  berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang menjadi peran pemimpin adalah tokoh sentral, tokoh utama atau protagonis. Kemudia menurut Tjahyono (dalam Ismayati, 2014:11), tokoh adalah para pelaku atau actor/aktris yang akan memperagakan atau memerankan tingkah laku seseorang dalam suatu cerita drama atau fiksi.
Penokohan menurut Kosasih (2013:228), Cara pengaran menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Menurut Ismayati (2014:37), Penokohan atau perwatakan merupakan pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya.  Menurut Isdriani (2009:6), Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
Jadi, Tokoh adalah orang yang memerankan dalam cerita tersebut sedangkan Penokohan adalah watak atau sifat dari orang yang memerankan tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
Menurut Isdriani (2009:6), Teknik yang digunakan dalam penggambaran watak tokoh yaitu sebagai berikut :
a.       Teknik Analitik (Eksplositori), yaitu pengarang secara langsung menyebutkan watak tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tersebut.
b.      Teknik Dramatik, yaitu  penyajian watak tokoh melalui pemikiran-pemikiran si tokoh, percakapan dan pengdeskripsian tingkah laku tokoh yang disajikan oleh pengarang atau secara tidak langsung. Bahkan dapat pula melalui penampilan fisiknya dan gambaran lingkungan atau tempat tinggal tokoh.
c.       Teknik Kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.
e.       Amanat
Menurut Sudjiman (dalam Isdriani,2009:7), Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, atau pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar. Menurut Kosasih (2013:230), amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Menurut Sudjiman (dalam Ismayati,2014:33), amanat yang terdapat dalam karya sastra ada dua yaitu secara Implisit dan secara Eksplisit. Secara Implisit (Tersirat atau tersembunyi) yaitu jika jalan keluar atau ujaran moral itu disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir. Sedangkan secara Eksplisit (Terang-terangan) yaitu jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya yang berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu. 
Jadi, amanat adalah pesan moral atau yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karya sastranya.
f.        Sudut Pandang (Point of View)
Menurut Kosasih (2013:229), Sudut Pandang (Point of View) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Menurut Aminuddin ( dalam Ismayati, 2014:40), cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya. Menurut Gorys Keraf Aminuddin ( dalam Ismayati, 2014:40), sudut pandang adalah penempatan pengarang dalam sebuah cerita.  Kemudian Menurut Isdriani, Sudut Pandang (Point of View) adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Jadi, Sudut Pandang (Point of View) adalah Penempatan,posisi atau sudut pandang pengarang mengenai cerita tersebut.
Posisi pengarang tersebut terdiri atas dua macam yaitu:
1.      Sudut Pandang Orang Pertama
Yaitu pengarang memakai tokoh “aku” sebagai penutur cerita sehingga seolah-olah kisah yang dituangkan adalah pengalaman hidupnya sendiri.
2.      Sudut Pandang Orang Ketiga
Tokoh utama cerita dengan sudut pandang ini adalah dia, ia, atau seseorang dengan nama tertentu. Disini pengarang bisa bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia bisa mengemukan perasaannya,kesadaran,dan jalan pikiran pelaku. 
g.      Gaya Bahasa
Gaya bahasa atau majas disebut juga dengan langgam, corak, bentuk, atau style bahasa yaitu cara yang digunakan oleh pengarang untuk mengungkapkan maksud dan tujuannya baik dalam bentuk kata, kelompok kata, atau kalimat. Secara garis besar Menurut Cahyono (dalam Ismayati,2014:66), menjelaskan gaya bahasa dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:
1.      Gaya Bahasa Perbandingan, Meliputi Personifikasi, Metafora, Asosiasi, Metonomia, Simbolik, Tropen, Litotes, Eufemisme, Hiperbola, Sinekdoche, Alusio, Perifrasis, Antonomasia, Alegori, dan Pararel.
2.      Gaya Bahasa Penegasan, Meliputi Pleonasme, Pararelisme,Repetisi, Tautologi, Simetri, Klimaks, Anti Klimaks, Asidenton, Polisidenton, Enumerasio, Inversi, Interupsi, Retoris, Koreksio, Ekslamasio, Elipsi, Pleterito, dan Retisentis.
3.      Gaya Bahasa Sindiran, Meliputi Ironi, Sinisme,dan Sarkasme.
4.      Gaya Bahasa Pertentangan, Meliputi Paradoks, Kontradiksi in Terminis, Antitesis, Okupasi, dan Anakhronisme.

B. Pengertian Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada  di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi system organism karya sastra. Unsur Ekstrinsik berperan sebagai unsur yang mempengaruhi bangun sebuah cerita. Jaadi Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra itu sendiri.
a.     Latar Belakang Kehidupan Pengarang
Menyangkut asal daerah atau suku bangsa, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan ideologi pengarang. Unsur-unsur ini sedikit banyak akan berpengaruh pada isi novelnya. Misalnya, novel yang dikarang orang padang akan berbeda dengan novel yang dibuat oleh orang sunda, orang inggris, atau orang arab. 
b.   Nilai Sosial Budaya
        Nilai yang berkaitan dengan pikiran, akal budi, kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat suatu tempat yang menjadi kebiasaan dan sulit diubah.
c.       Nilai Sosial Masyarakat
Sifat yang suka memperhatikan kepentingan umum misalnya saja menolong, berderma dan sebagainya.




DAFTAR PUSTAKA
Isdriani, Pudji.         . Seribu Pena (Seri Buku Penuntun dan Evaluasi) Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Ismayati. 2014. Buku Ajar Kajian Prosa Fiksi. Palembang: FKIP Universitas Muhammadiyah.
Ismayati. 2014. Buku Ajar Kumpulan Materi dan Soal Kajian Drama. Palembang: FKIP Universitas Muhammadiyah.
Kosasih, Engkos. 2013. Ketatabahasaan dan Kesusastraan Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Oktarina, Tuti. 2015. Skripsi Aspek Budaya dan Sosial dalam Novel Lukisan Tanpa Bingkai karya Ugi Agustono J. Palembang: FKIP Universitas PGRI.
Phoenix, Pustaka. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Baru. Jakarta: PT Media Pustaka Phoenix.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004.  Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar