Oleh
Cerita
di buka dari pasien perempuan muda yang seminggu lagi tepat berusia ke 21
tahun, di tahun 2050. Wow wow wow... tahun 2050? yah emang begitu, stop jangan
bahas tahunnya, kita lanjutkan ceritanya.
Lail,
gadis 21 tahun kurang seminggu, yang memasuki ruang sederhana 4x4m. Jangan
salah, ruang ini memiliki teknologi dan berperalatan medis paling maju.
Teknologi terapi yang tidak pernah dibayangkan manusia sebelumnya. Yaps,
terapi. Lail memutuskan memodifikasi ingatannya, menghapus kenangan
menyakitkan. Apalagi kalau bukan kenangan tentang "Hujan".
Setting
berpindah ke tahun 2042. Saat Lail berangkat sekolah di hari pertama SMP, di
antar ibunya dengan kereta bawah tanah super canggih yang pernah ada. Tentu
saja teknologi saat itu sudah amat maju pesat. Handphone digantikan oleh layar
sentuh berukuran 2x3 cm sekaligus sebagai alat pembayaran apapun, alat ini
tertanam di lengan. Emejing sekali, bukan?
Kembali
ke cerita, saat itu gerimis sedang turun. Beberapa menit setelah Lail dan
ibunya naik kereta canggih, sebuah bencana yang tidak terduga menjadi muasal
cerita ini. Gunung meletus, sebuah gunung purba meletus, ledakannya bahkan
terdengar hingga radius 10.000km, Terdengar keras dari kota Lail yang berjarak
3200km. Bukan ledakannya yang membuat kacau, melainkan beberapa menit kemudian
terjadi gempa super dahsyat yang pernah ada. Gempa bumi berkekuatan 10SR.
Keretan sudah berhenti saat gempa terjadi,
Lail,
ibunya dan semua penumpang kereta panik. Pemandu kereta mengevakuasi penumpang,
keluar melalui tangga darurat. Sayang, ketika Lail sudah hampir sampai di ujung
tangga, gempa susulan terjadi, dinding lorong retak, dalam hitungan detik,
ambruk mulai dari bagian terbawah, ibu Lail tertimbun sudah, Lail menangis,
berteriak, hendak jatuh juga. Beruntung seorang anak laki-laki berusia 15 tahun
mencengkram tas punggungnya. Lail tertolong. Seketika mereka berdua bisa keluar
dari tangga darurat. Tiba di permukaan dengan kondisi kota yang sudah hancur,
tidak ada yang tersisa, rata dengan tanah. Gerimis membuat suasana hati Lail
semakin mendung. Saat itulah, untuk pertama kalinya Lail tidak menyukai Hujan.
Perkenalan dengan anak lelaki berusia 15 tahun terjadi, Esok namanya. Dia juga
kehilangan empat kakak lelakinya, tertimbun bersama ibu Lail.
Keajaiban
menghampiri Ibu Esok di toko kuenya yang tidak ambruk, hanya retak-retak,
rak-rak kue berserakan, salah satunya menimpa Ibu Esok. Ibu Esok selamat meski
kakinya harus di amputasi.
Ada
delapan pengungsian di kota, namun Esok memilih pengungsian nomor dua di
stadion dekat rumah sakit, agar leluasa menjenguk ibunya di rumah sakit. Hari
berikutnya, Hujan abu sampai di kota mereka, tidak tanggung-tanggung, sampai 5
cm tebalnya. Singkat cerita, Lail yang masih dirundung kesedihan ditinggal mati
ibunya ditambah mendengar kabar buruk tentang kepastian ayahnya meninggal, ia
kembali mengunjungi lubang tangga darurat, tempat ibunya mati tertimbun, tanpa
sepengetahuan Esok. Di tempat inilah, untuk kedua kalinya Esok menolong Lail
dari hujan Asam. Sejak saat itu, Lail akan menurut dengan Esok, sejak saat itu
pula, Esok menjadi seseorang yang amat penting dalam kehidupan Lail. Hari-hari
di tenda pengungsian dilaluinya bersama.
Selanjutnya,
kehidupan berubah drastis. kebersamaan Lail dan Esok harus mengalami
perpisahan. Esok diangkat menjadi anak angkat wali kota, termasuk diperbolehkan
ikut ibunya yang sekaligus akan mendapat pengobatan gratis dari Wali kota. Lail
masuk panti sosial. Mereka jarang bertemu, sekali bertemu Esok mengajak Lail
bersepeda berkeliling kota. Yang justru akan membangun rasa cinta di hati Lail.
Waktu melesat cepat, Pertemuan mereka semakin jarang terjadi ketika Esok harus
kuliah di luar kota. Hanya setahun sekali bertemu. Bahkan ada bagian dimana
Lail bertemu Esok setelah dua tahun tidak bertemu. Tepatnya saat Lail mendapat
penghargaan bersama Maryam, sahabat terbaiknya yang hidup sekamar di Panti
Sosial.
Ah,
iya, Persahabatan Lail dengan Maryam yang berambut Kribo ini, patut di acungi
jempol. Disinilah letak kisah tentang persahabatan dalam novel Hujan yang di
maksud Tere Liye. Entahlah, aku malah jatuh cinta dengan sosok Maryam. Seorang
sahabat yang bisa menjaga rahasia temannya, yang selalu ada untuk temannya. Ah,
sosok seperti ini memang selalu ada dalam kehidupan nyata.
Kembali ke laptop.
Kembali ke laptop.
Lail
dan Maryam mendapat Penghargaan karena dedikasinya sebagai relawan yang
berhasil menyelamatkan 14.000 penduduk kota dari bahaya jebolnya bendungan.
Lail dan Maryam mati-matian berlari dari kota atas, sejauh 50 kilometer
melewati hutan, tanah basah, di bawah hujan badai, dengan suhu dibawah 5
derajat celcius. Saat itu mereka baru berusia 18 tahun. Lail dan Maryam
mendapat penghargaan pada sebuah acara peringatan 5 tahun berdirinya Organisasi
Relawan yang juga di hadiri Bapak Gubernur.
Siapa
yang tidak senang, hati berbunga saat bertemu seseorang yang selalu ada di hati,
seseorang yang bahkan bayang-bayang wajahnya tak pernah pergi dari sisi. Esok
memberi kejutan kepada Lail dengan datang saat Lail mendapat penghargaan. Tidak
lama memang, tapi itu amat berkesan bagi Lail.
Setelah
kejutan luar biasa dari novel Pulang,
Tere Liye kembali memberi kejutan melalui novel Hujan, dimana novel ini sedikit
banyak justru membahas hal-hal ilmiah. Seperti di awal cerita yang disuguhkan
dengan alat-alat kesehatan super canggih yang bisa memodifikasi ingatan. Ada
juga kursi roda super canggih yang dipakai Ibu Esok. Kalian yang suka narsis
pake Tongsis, di novel ini sudah 30 tahun Tongsis punah, di gantikan kamera
kecil seukuran kumbang yang bisa terbang, cukup di gerakkan dengan telapak
tangan. Keren, bukan? Bahkan musimpun bisa dimodifikasi, meski justru
menimbulkan bencana yang amat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia.
Bayangkan saja, negara Indonesia yang tidak ada musim salju, tiba-tiba jalanan
di penuhi gundukan salju, pepohonan tertimbun salju, ternak mati kedinginan.
Jangan tanya padi, gandum dan makanan pokok lainnya, pasti susah mencarinya.
Cerita
mulai merangkak menuju klimaks ketika Esok menjelaskan sesuatu kepada Lail
tentang proyek rahasianya. Esok yang diperankan sebagai tokoh genius memang
disibukkan dengan mega proyek kapal antariksa berukuran 6km dengan lebar 4km
setinggi 800m di universitasnya, Proyek rahasia yang membuat ia terpaksa jarang
menemui Lail. Untuk apa kapal sebesar itu? untuk menyelamatkan manusia dari
kepunahan.
Musim
salju memang berhasil di taklukkan dengan mengirim pesawat ulang alik lantas
menyemprotkan anti gas sulfur dioksida di lapisan stratosfer. Namun bencana
baru datang lagi, berupa musim panas yang terus menerus. Tidak ada awan,
dipastikan tidak akan pernah ada Hujan. Hujan hilang dari muka bumi, sementara
cuaca panas akan terus meningkat, akan mencapai suhu yang paling mematikan yang
bisa membuat manusia punah.
Ada
4 kapal yang di buat di 4 negara berbeda, salah satunya Indonesia. Namun hanya
ada 10.000 orang di masing-masing kapal yang dipilih secara acak di seluruh
dunia. Esok mendapatkan satu tiket karena jasanya turut membuat kapal
antariksa, namun saat pemilihan penumpang secara acak, Esok juga terpilih lagi.
Jadilah Esok memiliki 2 tiket untuk ikut ke dalam kapal antariksa yang akan
menjadi tempat pengungsian, keluar dari bumi selama Bumi masih mengalami musim
panas mematikan.
Di
lain sisi, Lail berharap Esok akan memberikan tiket itu kepadanya.
24 jam sebelum kapal itu beragkat, Lail justru mendapat ucapan terimakasih dari Wali kota atas terkabulnya permintaan Wali kota kepada Lail, agar menyuruh Esok memberikan tiket itu kepada Claudia putrinya. Padahal Lail sama sekali belum pernah menerima kabar dari Esok tetang tiket itu.
24 jam sebelum kapal itu beragkat, Lail justru mendapat ucapan terimakasih dari Wali kota atas terkabulnya permintaan Wali kota kepada Lail, agar menyuruh Esok memberikan tiket itu kepada Claudia putrinya. Padahal Lail sama sekali belum pernah menerima kabar dari Esok tetang tiket itu.
Lail
kecewa dengan keputusan Esok yang lebih memilih Claudia dibanding Lail. Dalam
pikirannya, Esok justru mencintai Claudia, Esok hanya menganggap Lail seorang
adik saja, tidak lebih, tidak kurang. Hingga Lail tiba di ujung
kesabarannya, Lail memutuskan untuk memodifikasi ingatannya tentang Hujan, saat
hujanlah Lail pertama kali mengenal Esok. Saat hendak hujan Asam, Esok menolong
Lail. Kenangan-keangan itu ingin Lail hapus dari ingatannya. "Apa yang
terjadi, jika hujan tidak pernah turun lagi? Apa yang terjadi, jika kamu tidak
pernah mengingatku lagi? Seperti orang-orang yang lupa tentang hujan?"
Seperti
biasanya, Tere Liye selalu menghadirkan tokoh bijak dalam setiap novelnya. Jika
dalam Novel Pulang ada
Tuanku Imam, di Novel Rindu ada
Gurutta. Maka di Novel Hujan ada tokoh Elijah, paramedis senior yang hendak
membantu Lail menghapus ingatannya. "Ratusan orang pernah berada di
ruangan ini. Meminta agar semua kenagan mereka dihapus. Tetapi sesungguhya,
bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi menerima. Barangsiapa bisa menerima,
maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, maka dia tidak
akan bisa melupakan." Lantas, benarkah Esok memberikan satu tiket itu
kepada Claudia, puteri Wali kota, yang notabennya adalah adik angkatnya?
Apa yang terjadi jika modifikasi ingatan Lail berhasil di lakukan? "Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian."
Apa yang terjadi jika modifikasi ingatan Lail berhasil di lakukan? "Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian."
Novel
ini juga berkisah tentang kepastian yang tidak pasti, tentang kabar yang hampir
tidak pernah dikabarkan. Hingga membuat sepasang kekasih yang saling mencintai,
juga saling menunggu untuk saling mengungkapkan.
"Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: Kapan kita berhenti menunggu."
"Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari: Kapan kita berhenti menunggu."
satu yang pasti dalam dalam hidup: ketidakpastian :)
BalasHapushttps://jagatebookpdf.blogspot.co.id
salam kenal :)
:'))
BalasHapusYa utk APA kita menunggu TDK pasti, lebih bagus klu Ada yg pasti tu kita yg kita kejar, karena hidup berjalan terus
BalasHapus