SINOPSIS NOVEL “PULANG” KARYA TERE LIYE
Oleh
Anggi Anggraini
Cerita
berawal dari talang(pedesaan) di pedalaman Sumatra. Di sana hidup seorang jagal
yang sudah pensiun bernama Samad. Ia tinggal bersama istrinya Hamidah dan
dikaruniai seorang anak bernama Bujang(Agam). Bujang dididik ilmu pengetahuan
dan ilmu agama oleh Hamida, tetapi Samad tidak suka Bujang belajar ilmu agama.
Jika bujang ketahuan sedang belajar agama, maka samad akan memukulinya
habis-habisan.
Suatu
hari datanglah Tauke besar, teman Samad dari kota. Mereka sangat akrab hingga
Tauke menganggap Samad sebagai saudara angkatnya. Tauke datang bersama
rombongan karena diundang Samad untuk mengatasi babi liar yang mengganggu kebun
warga di Talang.
Malam
harinya berangkatlah Tauke besar dan rombongan ke dalam hutan untuk berburu
babi hutan. Dalam rombongan itu ada Bujang anak Samad. Meskipun Hamidah
melarang Bujang untuk ikut, tetapi akhirnya ia setuju setelah Samad
membujuknya. Dengan bersenjatakan tombak milik bapaknya, Bujang pun ikut
berburu bersama Tauke dan rombongan. Satu persatu babi hutan berjatuhan,
rombongan terus masuk ke hutan yang paling dalam untuk menghabisi babi hutan
sampai ke akar-akarnya. Pertarungan seru terjadi ketika seekor babi hutan
sebesar sapi dewasa mengamuk. Babi itu menyeruduk siapa saja yang ada di
depanya, semua rombongan menjadi korbannya, tak terkecuali Tauke. Bujang yang
melihat Tauke dan rombongan yang lain terluka, memutuskan untuk melawan. Saat
itulah rasa takut seperti telah dikeluarkan dari dadanya. Bujang anak talang
pedalaman sumatra melawan babi buas itu dengan sekuat tenaga. Hingga pada
akhirnya babi buas itu tak berdaya, tombak bujang menembus moncong hingga ke
punggung babi tersebut.
Singkat cerita Bujang pun dibawa oleh tauke besar ke kota. Sesampainya di markas besar keluarga tauke besar atau yang terkenal dengan nama keluarga Tong, Bujang dididik dengan baik. Ia juga disekolahkan oleh tauke besar. Di markas besar, Bujang memiliki teman sekamar yaitu Basyir. Bujang begitu akrab dengan Basyir, tidak butuh waktu lama mereka pun akrab.
Singkat cerita Bujang pun dibawa oleh tauke besar ke kota. Sesampainya di markas besar keluarga tauke besar atau yang terkenal dengan nama keluarga Tong, Bujang dididik dengan baik. Ia juga disekolahkan oleh tauke besar. Di markas besar, Bujang memiliki teman sekamar yaitu Basyir. Bujang begitu akrab dengan Basyir, tidak butuh waktu lama mereka pun akrab.
Di
keluarga Tong Bujang atau Si Babi Hutan tidak diizinkan menjadi tukang pukul,
ia disuruh terus belajar bersama Frans untuk mengejar ketinggalannya, maklum
selama lima belas tahun Bujang sama sekali belum mengenyam bangku pendidikan
resmi. Bujang hanya pernah diajari pelajaran sekolah ketika berguru di rumah
Tuanku Imam, itu pun secara sembunyi-sembunyi. Hari demi hari Bujang terus
dijejali dengan ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah, hal ini lambat laun
membuat Bujang jenuh. Hingga suatu ketika Bujang merujuk tidak mau belajar
lagi, ia meminta kepada Tauke untuk menugaskannya sebagai tukang pukul. Awalnya
Tauke menolak, hingga akhirnya ia memikirkan ide bagus untuk menuruti keinginan
Bujang.
Dalam
keluarga Tong terdapat banyak sekali tukang pukul. Dalam setiap perekrutannya
akan selalu diadakan sebuah ritual bernama Amook. Ritual ini mengharuskan
seseorang berdiri di tengah, dan dikelilingi oleh banyak tukang pukul.
Aturannya simpel, seberapa lama seseorang tetap bisa berdiri ketika dikroyok
para tukang pukul. Tauke Besar yang marah karena Bujang terus saja merajuk
untuk jadi tukang pukul, menantang bujang dalam ritual itu. Jika Bujang bisa
bertahan 15 menit, maka ia boleh menjadi tukang pukul. Namun jika Bujang tumbang
dalam waktu kurang dari 15 menit, maka ia harus mengambi buku dan alat tulisnya
lalu mulai belajar lagi. Bujang yang sebelumnya bingung kenapa ia dibawa ke
tempat pelatihan ini segera paham apa maksud tauke. Ia pun bersiap-siap dan
berdiri di tengah, menatap semua tukang pukul yang mengelilinginya. Bujang
adalah seorang pemuda yang tangguh, meskipun dikroyok banyak tukang pukul ia
bisa bertahan. Namun ketika waktu hampir mencapai 15 menit, Basyir berhasil
menjatuhkan Bujang. Bujang pun harus menerima kekalahannya dan melaksanakan
janji yang sudah ia buat dengan tauke.
Setelah
gagal mendapatkan posisi sebagai tukang pukul, Bujang harus rela waktu mudanya
untuk belajar. Ia anak yang pandai, dalam waktu singkat ia bisa mengejar
ketinggalanya hingga SMA. Apalagi setelah Bujang diterima di Universitas Ibu
kota, Tauke pun mengijinkannya menjadi tukang pukul. Masuknya Bujang ke
Universitas Ibu kota ditandai juga perpindahan markas besar keluarga Tong ke
Ibu kota. Hal ini memudahkan Bujang untuk pulang ke markas setelah kuliah.
Setiap pulang dari kuliah Bujang akan berlatih sebagai tukang pukul bersama
Kopong. Setiap hari Kopong melatih Bujang bagaimana menjadi tukang pukul yang
tangguh hingga suatu ketika Kopong sudah tidak sanggup lagi mengajarnya, ia
memanggil guru Busyi dari Jepang untuk menggantikannya. Guru Busyi mengajari
Bujang ilmu ninja dan bagaimana menggunakan samurai. Tetapi pelajaran dari ahli
samurai jepang itu harus putus di tengah jalan ketika guru Busyi mendengar
anaknya meninggal. Setelah it Lantas Bujang berlatih dengan Salonga.
Seorang penembak jitu asal Filipina. Dengan guru menembaknya itu ia juga
belajar filosofi hidup. Selain berlatih beladiri, Bujang juga terus melanjutkan
sekolah. Ia bahkan mengenyam pendidikan magister di luar negeri.
Novel beralur
maju mundur ini terus mengajak pembaca menikmati keseruan cerita. Pertarungan
demi pertarungan yang mengesankan. Jua perihal ekspansi Keluarga Tong yang
perlahan merangkak naik level dari penguasa shadow economy tingkat
provinsi menjadi penguasa shadow economy nasional
bahkan internasional. Selalu ada intrik menarik di dalamnya.Hingga di satu
titik. Saat Keluarga Tong di puncak kejayaan, pengkhianat muncul. Siapakah
pengkhianat itu? Berhasilkah ia melumat kekuasaan Keluarga Tong? Pengkhianat
itu adalah basyir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar