Biografi Chairil
Anwar
Chairil Anwar lahir
di Medan pada tanggal 26 Juli 1922. Chairil menekuni pendidikan HIS dan MULO,
walau pendidikan MULO-nya tidak tamat. Ia kemudian pindah ke Batavia (sekarang
Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, tempat di mana ia mulai menggeluti dunia
sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus
menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian,
individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang multi-interpretasi.
Chairil memang penyair
besar yang menginspirasi dan mengapresiasi upaya manusia meraih kemerdekaan,
termasuk perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Hal
ini, antara lain tercermin dari sajaknya bertajuk: “Krawang-Bekasi”, yang
disadurnya dari sajak “The Young Dead Soldiers”, karya Archibald
MacLeish (1948). Dia juga menulis sajak “Persetujuan dengan Bung Karno”,
yang merefleksikan dukungannya pada Bung Karno untuk terus mempertahankan
proklamasi 17 Agustus 1945. Bahkan sajaknya yang berjudul “Aku” dan
“Diponegoro” juga banyak diapresiasi orang sebagai sajak perjuangan. Kata Aku
binatang jalang dalam sajak Aku, diapresiasi sebagai dorongan kata hati rakyat
Indonesia untuk bebas merdeka. Chairil Anwar yang dikenal sebagai “Si Binatang
Jalang” (dalam karyanya berjudul Aku) adalah pelopor Angkatan ’45 yang
menciptakan trend baru pemakaian kata dalam berpuisi yang terkesan sangat
lugas, solid dan kuat. Dia bersama Asrul Sani dan Rivai Apin memelopori puisi
modern Indonesia.
Puisi-puisinya
digemari hingga saat ini. Salah satu puisinya yang paling terkenal sering
dideklamasikan berjudul Aku (“Aku mau hidup Seribu Tahun lagi!”). Selain
menulis puisi, ia juga menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa
Indonesia. Dia juga pernah menjadi redaktur ruang budaya Siasat “Gelanggang”
dan Gema Suasana. Dia juga mendirikan “Gelanggang Seniman Merdeka” (1946).
Kumpulan puisinya antara lain: Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus
(1949); Deru Campur Debu (1949); Tiga Menguak Takdir (1950 bersama Asrul Sani dan
Rivai Apin); Aku Ini Binatang Jalang (1986); Koleksi sajak 1942-1949",
diedit oleh Pamusuk Eneste, kata penutup oleh Sapardi Djoko Damono (1986);
Derai-derai Cemara (1998). Buku kumpulan puisinya diterbitkan Gramedia berjudul
Aku ini Binatang Jalang (1986).
Karya-karya
terjemahannya adalah: Pulanglah Dia Si Anak Hilang (1948, Andre Gide); Kena
Gempur (1951, John Steinbeck) dan sebagainya.
Chairil Anwar
meninggal dalam usia muda karena penyakit TBC dan dimakamkan di Taman Pemakaman
Umum Karet Bivak, Jakarta. Hari meninggalnya diperingati sebagai Hari Chairil
Anwar. Walau telah tiada, puisi-puisi “Si Binatang Jalang” ini telah menjadi
inspirasi bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. Ia seorang penyair legendaris
Indonesia yang karya-karyanya hidup dalam batin (digemari) sepanjang zaman.
Salah satu bukti keabadian karyanya, pada Jumat 8 Juni 2007, Chairil Anwar
masih dianugerahi penghargaan Dewan Kesenian Bekasi (DKB) Award 2007 untuk
kategori seniman sastra. Penghargaan itu diterima putrinya, Evawani Alissa Chairil
Anwar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar