Jumat, 20 Desember 2019

Cerita Sejarah "Puyang Konyet"

Puyang Konyet

*Radesa, Puput Trianti,
 dan Mika Purnama Sari
MADRASAH ALIYAH MAMBA’UL HIKAM

      Dahulu ada pendatang yang berasal timur-timur ke bumi sriwijaya, berhubung pada saat itu bumi sriwijaya, atau tepatnya pusat kota Palembang tengah membangun sebuah benteng. Sehingga orang-orang tersebut itu pindah tempat lain. Mereka menyusuri sungai musi kemudian menemukan sungai batang hari abab, dan singgahlah mereka di sebuah desa yang mereka sebut dengan desa Batu Tugu. Saat mereka datang melalui jalan desa Batu Tugu menuju ke desa Batu Sari atau sekarang dengan nama Desa Prambatan. Ketika itu ada seorang Puyang yang mendengar suara dibalik semak-semak, yang dikiranya suara itu berasal dari hewan yakni babi hutan. Tiba-tiba Puyang mengeluarkan keris yang ada di pinggangnya yang berukuran jari telunjuk, dan ditusukkanlah di babi hutan tersebut. Puyang tidak tahu bahwa yang ditusuknya itu adalah anak seorang Raja yang ia kira orang tersebut adalah seorang penjajah. Tanpa rasa bersalah, pulangnya Puyang ke rumahnya dan pulanglah anak Raja beserta rombongannya dengan membawa anak Raja yang sedang terluka oleh tusukan keris Puyang Kunyit tersebut. 
       Ketika itu Puyang Kunyit hendak pergi ke kebun seperti biasanya. Puyang Kunyit keheranan, kenapa selama diperjalanan dia tidak menemukan seorangpun yang akan pergi ke kebun. Lalu kemudian dia berpapasan dengan seseorang dan kemudian dia bertanya, : kenapa orang-orang tidak banyak yang pergi ke kebun?”, lalu seseorang itu menjawab, ´memangnya Puyang tidak tahu? Puyang bertanya lagi, “memangnya ada apa? (dengan raut wajah yang bingung). Dengan wajah yang sedih, orang itu menjawab  “ ada kabar duka Puyang, anak Raja sedang sakit. Dijawab lagi oleh Puyang, ya ampun, ya sudah mungkin saya bisa membantu untuk menyembuhkannya. Tapi saya ingin dijemput di rumah saya di tengah hutan. Orang tadi menjawab, nanti akan saya sampaikan  kepada Raja.
        Kemudian orang-orang tadi bergegas datang menemui Raja untuk menyampaikan kabar baik bahwa ada yang bisa menyebuhkan penyakit anaknya. Orang itu sambil terengah-engah menemui Raja dengan wajah yang gembira. “Maaf Raja, saya ingin memberi tahu bahwa ada salah satu orang yang bisa menyembuhkan putramu”. Raja pun terkejut dengan raut wajah yang bahagia, Raja bertanya, “siapa orang itu dan dimana tempatnya?” orang itu menjawab, “ Dia adalah seorang Puyang, tempat tinggalnya di tengah hutan. Dia bersedia mengobati putra Raja tapi dia ingin dijemput Raja”. Kemudian Raja segera memerintahkan salah satu pengawal untuk menjemput Puyang dan membawanya ke kediaman Raja. 
          Tibalah orang tadi dan pengawal Raja di rumahnya Puyang. Orang itu memanggil Puyang dan mengatakan, “Puyang, kami diperintahkan oleh Raja untuk menjemput Puyang”. Puyang itu menjawab, “ya, tunggu sebentar saya siap-siap dulu”. Tidak berapa lama kemudian Puyang sudah siap untuk berangkat menemui Raja. 
         Sesampainya ditempat Raja, Puyang itu dipersilahkan masuk untuk melihat keadaan anak Raja yang sedang kesakitan. Puyang itu bertanya kepada anak Raja, bagian mana yang sakit? Anak Raja berkata “di sini, sambil memegang paha bagian kanan. Puyang pun melihat ke arah paha anak Raja sambil bergumam dalam hati. “ sambil bergumam dalam hati”, ini kan keris saya? Kok bisa ada di sini? Bukannya waktu itu saya menusuk babi hutan?”. 
          Kemudian Puyang memerintahkan pengawal untuk mengambil nampan dedak, ambillah oleh pengawal dedak tersebut dan diberikan kepada Puyang. Puyang memerintahkan kepada Raja dan para pengawal untuk keluar dari kamar anak Raja kecuali Puyang dan anak Raja. Setelah mereka keluar, Puyang pun mencabut keris yang ada di paha anak Raja tersebut. Anak Raja terlihat sangat kesakitan saat keris dicabut dari pahanya. Lalu setelah itu, Puyangt pun meletakkan keris tersebut di atas nampan tadi yang berisi dedak tadi. 
         Setelah itu Puyang memberikan segelas air ramuan kepada anak Raja, ketika sudah minum air tersebut anak Raja langsung sembuh dan kegirangan karena sudah merasa sehat. Keluarlah Puyang dari kamar anak Raja sambil menemui Raja. Puyang berkata bahwa anak Raja sudah sembuh. Dan saya ingin pulang. Tapi saya tidak ada uang. Kira-kira apa yang bisa Raja berikan kepada saya? Lalu Raja memberikan se-bunang emas. Puyang mengira kalau yang ada di dalam bunang tadi itu adalah kunyit. Sembari berjalan pulang ke rumahnya, Puyang merasa sangat keberatan karena membawa se-bunang kunyit tadi, dibuanglah sedikit demi sedikit kunyit dalam bunang tadi sambil menggerutu. “saya sudah jauh-jauh dari hutan untuk mengobati putranya yang sekarat, eh malah cuma diberikan sebunang kunyit” ucap Puyang dalam hati.  
        Ketika tiba di rumah, Puyang melihat lagi  isi bunang yang ia kira hanya kunyit tersebut yang kira-kira tersisa segumpal tangan. Setelah dilihat lagi oleh Puyang, betapa terkejutnya Puyang, ternyata isi bunang yang sudah susah payah ia bawa dari tadi bukan berisi kunyit melainkan berisi bongkahan-bongkahan emas. Karena menyesal, kembalilah Puyang ke jalan yang dilewatinya tadi untuk mencari emas yang sudah dibuangnya tapi sayang, saat Puyang mencarinya, dia tidak menemukan apapun di jalan yang sudah dilewatinya. Dan karena kejadian itulah, sampai saat ini orang-orang desa menjulukinya dengan nama Puyang Kunyit. 



1. Bunang adalah sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu